MAKALAH
THEODOLIT
NAMA : DEDEN RUSDIAN MAULANA
NPM : 12-22-201-027
MATKUL : ILMU UKUR TANAH II
PRODI : TEKNIK SIPIL
SMT : IV
TANGERANG
2014
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmanirrohiim…
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan makalah ini
adalah sebagai salah satu komponen penilaian dan dapat dijadikan sebagai salah
satu pegangan dalam proses belajar mengajar mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II,
serta dengan harapan untuk memotivasi penulis sehingga mampu memahami segala
pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Makalah ini, penulis sajikan untuk
mengingatkan kembali akan pentingnya mempelajari proses pembelajaran, karena
konsep-konsep pembelajaran ini akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan cara belajar atau aspek-aspek pembelajaran.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah II atas segala bimbingannya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi kami semua dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Tangerang, 22 Mei 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................................ 4
B. Tujuan.............................................................................................................. 4
C. Manfaat .......................................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
BAB III
PENUTUP ..................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan...................................................................................................... 11
B. Saran................................................................................................................ 11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu
ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk
topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk keperluan
pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar bagi beberapa
mata kuliah lainnya seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan
sebagainya. Dalam kegiatan hibah pengajaran ini. Misalnya semua pekerjaan
teknik sipil tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan konstruksi seperti
pembuatan jalan raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta
api dan sebagainya memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang
dibagun dapat dipertanggungjawabkan dan terhindar dari kesalahan konstruksi.
Untuk
memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi
biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan
spesifikasi teknis yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat
serta peralatan ukur yang tepat pula. Pengukuran-pengukuran menggunakan
waterpas, theodolit. Total station dan sebagainya dapat mengasilkan data dan
ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.
B. TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara mengoprasikan
Theodolit.
2. Untuk dapat mengetahui peralatan dan prosedur dalam
pengukuran menggunakan Theodolit
3. Untuk dapat mengetahui cara menghitung jarak, dan
sudut.
C. MANFAAT
1. Dapat menginformasikan cara mengoprasikan Theodolit.
2. Dapat menginformasikan peralatan dan prosedur dalam
pengukuran menggunakan Theodolit
3. Dapat menginformasikan cara menghitung jarak, dan
sudut.
BAB
II
PEMBAHASAN
Theodolit
adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah
dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya
memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa
sampai pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan alat yang paling canggih
di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini
berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat
(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga
memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga
dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal,
sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat
dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
Survei
dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan
atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief
atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan
kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien
(Farrington 1997) Instrumen pertama lebih seperti alat survey theodolit benar
adalah kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl)
di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod. Awal altazimuth
instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap vertikal
dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering setengah lingkaran. Alidade
pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek untuk pengukuran sudut
horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang pada vertikal setengah
lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal setengah lingkaran
dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga dapat digunakan
untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada akhirnya, sederhana,
buka-mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini pertama kali
dilakukan oleh Jonathan Sisson pada 1725. Alat survey theodolite yang menjadi
modern, akurat dalam instrumen 1787 dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat
survey theodolite besar yang terkenal, yang dia buat menggunakan mesin pemisah
sangat akurat dari desain sendiri. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang
berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk
pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Theodolit
juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit
dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit
sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku
pada perencanaan /
pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian
suatu bangunan bertingkat.
Gambar
1. Theodolit
Konvensional ( T0 )
Keterangan
gambar theodolit 0 (T0) :
1. Plat
dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring
pengatur lensa tengah
3. Pengatur
fokus benang silang
4. Alat
baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa
obyektif
6. Klem
vertikal teropong
7. Penggerak
halus teropong
8. Klem alhidade horisontal
9. Penggerak
halus horisontal
10. Nivo
kotak alhidade horisontal
11. Plat
dasar instrumen
12. Nivo
tabung alhidade horizontal
A. Syarat-syarat theodolit
Syarat
– syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite (pada galon air) sehingga
siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1. Sumbu
kesatu benar – benar tegak / vertical.
2. Sumbu
kedua haarus benar – benar mendatar.
3. Garis
bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4. Tidak
adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
B. Tata Cara Pengukuran Detil Tachymetri Menggunakan
Theodolit Berkompas
Pengukuran
detil cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur (Theodolite) titik
ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran,
dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur,
pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring
m. Tempatkan alat ukur theodolite di atas titik kerangka dasar atau titik
kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catat
tinggi alat di atas titik ini. Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan
rambu dengan bantuan nivo kotak. Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga
bayangan tegak garis diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian
kencangkan kunci gerakan mendatar teropong. Kendorkan kunci jarum magnet
sehingga jarum bergerak bebas. Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca dan
catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik bidik. Kencangkan kunci
gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan benag tengah, atas dan bawah serta
catat dalam buku ukur. Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu
di titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah
merupakan beda tinggi antara titik kerangka tempat berdiri alat dan titik detil
yang dibidik.
Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolite
berkompas
Kesalahan alat, misalnya:
1. Jarum
kompas tidak benar-benar lurus.
2. Jarum
kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.
3. Garis
bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi).
4. Garis
skala 0° – 180° atau 180° – 0° tidak sejajar garis bidik.
5. Letak
teropong eksentris.
6. Poros
penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.
Kesalahan pengukur, misalnya:
a. Pengaturan alat tidak sempurna ( temporary
adjustment ).
b. Salah taksir dalam pemacaan
c. Salah catat, dll. nya.
Kesalahan akibat faktor alam, misalnya:
a. Deklinasi magnet.
b. atraksi lokal.
C. Macam / Jenis Theodolit
Macam Theodolit
berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:
1. Theodolit
Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
Dalam
theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga
bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur. Theodolit yang di maksud adalah
theodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A (Kem)
2. Theodolite
Repitisi
Konsruksinya
kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat
diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak.
Akibatnya
dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0º, dapat ditentukan
kearah bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dakm jenis
ini adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon),
Th-51 (Zeiss)
PERALATAN
DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Peralatan yang
Digunakan
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah
ini peralatan yang digunakan antara lain, theodolit konvensional,
waterpass, rambu, alat tulis, dan formulir.
Pemeriksaan Alat Ukur
Sebelum
dilaksanakannya praktikum,terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap
alat. Hal ini dilakukan untuk menghindari akan digunakannya alat yang
ternyata rusak dan akan mengakibatkan kesalahan akan data yang didapatkan.
Pengukuran Kerangka
Dasar Horizontal
1. Menyiapkan
peralatan yang digunakan, check seluruh peralatan. Hal ini perlu
karena siapa tahu ada salah satu alat yang rusak.
2. Mengambil
statif dan tinggikan secukupnya. Usahakan letaknya mendatar atau
rata.
3. Pasang
alat ukur Theodolite dan kecangkan, hal ini dilakukan agar titik as alat tepat
berada diatas titik pada patok.
4. Stabilkan
alat dengan cara meyetel Nivo. Apabila tidak tepat berada diatas
titik paku, geser alat sedikit kearah titik patok, alat kembali distabilkan
karena akibat pergeseran ini akan terjadi perpindahan Nivo.
5. Arahkan
teropong ke rambu ukur belakang. Baca angka yang tertera di rambu
ukur dengan menggunakan benang silang (ba,bb,bt).
Untuk
mencari jarak (d) = (ba - bb) x 100
Untuk
mencari benang tengah = (ba + bb) / 2
6. Baca
sudutnya. Catat pada buku ukur.
7. Kemudian
alat diarahkan ke titik berikutnya (rambu muka). Kemudian lakukan
metode 5 dan 6 seperti diatas.
8. Untuk
mencari besaran sudutnya dengan cara diselisihkan antara bacaan sudut kedua
titik tersebut.
9. Begitu
juga untuk titik detail yang lain.
10. Apabila
pekerjaan di titik selesai, pindahkan alat ukur tersebut ke titik
lainnya. Lakukan pekerjan / metode diatas sampai titik terakhir
Pengukuran Situasi
Detail dengan Metode Tachimetri
1. Theodolite
dipasang pada Sta. A. Kemudian dicatat tinggi alat diatas Station.
2. Teropong
diatur sehingga terbaca sudut miringnya dan garis bidik jatuh pada titik C di
rambu yang terletak di station B. Catat bacaannya.
3. Kendurkan
scrup pengunci lingkaran tegak dan bidik titik kedua D pada
rambu. Catat bacaan rambu dan sudut tegaknya.
4. Hitung
perbedaan antara bacaan kedua titik pada rambu. Harga ini dinamakan
“selisih benang” dan biasa notasinya huruf S.
BAB
III
PENUTP
A.
Kesimpulan
Dari
praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan
antara lain :
Ø
Pengukuran yang
digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik awal dan titik
akhirnya terletak pada titik yang sama.
Ø
Dari data praktikum
poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut, jarak dan azimut dai suatu
daerah.
Ø
Dari azimut yang
didapatkan dapat diketahui koordinat titik – titik poligon yang akan diplotkan
ke kertas gambar.
Ø
Kesalahan perhitungan
poligon dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu : faktor manusia, faktor alat dan
faktor alam.
B.
Saran
Ø Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat,
pengutaraan dan kalibrasi.
Ø Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan
cuaca yang cerah.
Ø Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
ü
Frick,
heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Jakarta.
ü
Sosrodarsono. Suyono. 1983. Pengukuran
Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
ü
Wongsotjitro,
Soetomo. 1964. Ilmu ukur tanah. Kanisius. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar